Friday, December 14, 2007

Desember hingga yang kesekian kalinya,

maafkan ananda, Ibu' dan Bapak!,...
jika hingga kini, Putramu ini belum juga bisa membalas kasihmu selama ini

maafkan pula Putramu ini, jika hingga kini belum juga benar-benar mengerti arti kata memberi

ini bukan kegagalan ibu dan Bapak menanamkan nilai-nilai itu padaku,
tapi memang karena kealpaan dan kekurangajaranku
hingga lalai melaksanakan petuahmu

Maafkan aku, Ibu dan Bapakku!
jika hingga masa kini Putramu ini belum juga bisa memberikan apa-apa sebagai wujud dharmaku padamu

Maafkan aku Putramu ini, Jika hingga seusia ini telingaku baru bisa untuk mendengar, tanpa pernah bisa merasakan bahwa peluh keringat yang kalian cucurkan semata-mata hanya untuk kebahagiaan dan masa depanku.

Maafkan Putramu ini, Ibu' dan Bapakku,...
Jika anak-anak yang lain telah "menggendong" kedua orang tuanya sambil berlari
Putramu ini justru masih hendak belajar berdiri,...

Desember berikutnya, semoga Putramu ini tak ragu melangkahkan kaki,...

**kp kali, 14-12-2007

Thursday, December 6, 2007

Retno yang belum Purnama,..



Namanya Retno Purnamasari (12), sesuai dengan namanya, kedua orang tuanya tentu menginginkan Retno tumbuh menjadi anak yang pintar, cantik dan rupawan seperti bulan purnama. Namun Tuhan agaknya masih berkehendak lain.


Semenjak usia 3 tahun, Retno menderita tumor dimata kirinya. Ayah Retno, Margono (43) yang berprofesi sebagai penarik becak dan Ibunya Tukirah (40) tukang sablon, sama sekali tidak memiliki biaya untuk pengobatan Retno. Praktis kini hari-hari Retno hanya diisi dengan berbaring saja di satu-satunya tempat tidur berkasur tipis tanpa alas yang juga difungsikan sebagai tempat menerima tamu jika ada yang berkunjung.


Untuk sekedar merasakan hangatnya sinar mentari dan menghirup segarnya udara pagipun kini Retno enggan. Ia lebih memilih tiduran di ruangan pengap seharian daripada diejek sama teman-teman sebayanya. Sekolah Retno hanya sampai kelas 2 SD saja, Ia malu jika teman-temannya menyeringai jijik saat menatap mukanya. Sama sekali tidak ada teman yang mau berdekatan dengannya.

Sebagai orang tua, Margono dan Tukirah bukannya tanpa usaha. Dulu sewaktu mata kiri Retno mulai menunjukkan gejala pembesaran, Margono telah membawanya ke salah satu Rumah Sakit milik Pemerintah di Semarang. Petugas rumah Sakit hanya melihat kondisi Retno sebentar, kemudian berujar "Alat Rumah Sakit tidak ada,..kurang satu pak! alatnya!."


Sedikit kecewa, Margono lantas membawa Retno ke rumah sakit mata cukup terkenal di Semarang. Dokter sempat memberikan diagnosa bahwa Retno terkena penyakit tumor dan harus segera dioperasi. Namun lagi-lagi petugas rumah sakit memberikan keterangan bahwa "Alat rumah sakit tidak kumplit... kurang satu!"


Margonopun tidak lekas putus asa, segera ia membawa Retno putrinya ke Rumah Sakit paling besar milik pemerintah di Semarang. Di Rumah Sakit dengan nama mentereng karena sederet prestasinya di dunia penyembuhan ini, Margono menggantungkan harapan terakhirnya. Namun Jangankan diperiksa oleh Dokter, dilayani oleh petugas Rumah Sakitpun tidak. Lebih dari setengah hari Margono dan Retno dibiarkan begitu saja di loket pendaftaran.


Akhirnya menjelang ashar Margono membawa pulang putrinya yang mulai terlihat sayu tanpa penanganan. Berhari-hari Margono memikirkan kejadian yang menimpa ia dan putri kecilnya.Rumah Sakit yang telah cukuplama berdiri masak tidak memiliki alat untuk menyembuhkan putrinya.

"Alat apa yang kurang..?"
"Uang!!" ya....Uang...

alat yang kurang ternyata adalah uang!!"


akhirnya Margono menemukan jawabannya... Uang, alat pembayaran yang memang tidak ia miliki.


Margono kini benar-benar pusing dengan keadaan keluarganya. Pasalnya pihak pemerintah setempat telah beberapa kali mengingatkannya agar rumah berukuran 3,5x2,5 meter yang ia tempati bersama istri dan 6 anaknya segera dibongkar. Rumah kecil tersebut berdiri diatas saluran air disisi jalan Bintoro Kecil RT 02/08, Gayamsari, Semarang yang menurut peraturannya memang tidak boleh didirikan bangunan apapun. Dengan kata lain Rumah satu ruangan yang didirikan Margono illegal.


kini margono tak tahu lagi harus berbuat apa,..

sedikit "senyum" dan elusan dikepala Retno, tentu akan sangat meringankan beban keluarga Margono.